devilspueblic.blogspot.com
Beragam bunga ditebar diatas tanah yang masih basah itu. Wanginya
masih tersisa. Segala doa, puja-puji dan tangisan masih terdengar.
Beberapa orang masih berada di sana. Mereka menunggu semua orang yang
mengantarkan dan menebar bunga pulang.
Tak lama setelah ibu-ibu terakhir meninggalkan tempat itu. Mereka
segera berebut mengambil bunga-bunga itu. Saling dorong, saling sikut,
untuk mengambil melati paling cantik di atas makam itu. “Bunga ini
membawa berkah”, kata seorang Bapak. “Untuk melancarkan karir”, kata
yang lain. “Ga tau buat apa? Ikut-ikutan aja biar rame”, kata anak muda
yang satu lagi.
Seluruh orang menangis. Menyayangkan kepergian Pak Karya yang begitu
cepat dan mendadak. Banyak pemuda yang masih ingin belajar cara
kepemimpinan beliau, caranya menangani krisis yang paling kritis
sekalipun dan segala kisah sukses lainnya tentangnya. Seluruh negeri
menangisi kepergian Pak Karya, mantan pemimpin besar mereka. Hari
berkabung dimulai.
Tujuh langkah setelah kepergian para orang tua dan pemuda pengambil
kembang makam. Pak Karya tersenyum bangga di alam kubur. “Semua orang
mendoakanku, berterima kasih atas jasa-jasaku”.
Dua Malaikat mulai mendekati. “Salam, Karya. Selamat datang di alam
kubur”. Pak Karya terkejut. Malaikat penanya alam kubur telah datang.
“Kita mulai pertanyaan tentang hidup Anda”. Satu pertanyaan,,,dua
pertanyaan… Tiga, empat, dan seterusnya. Berbagai pertanyaan tentang
agama, amal, ibadah dan karir berhasil Karya jawab dengan lancar.
“Sejauh ini cukup bagus. Kita lanjutkan dengan pertanyaan mengenai
kesuksesan Anda”. kata Malaikat yang ada di kiri. Karya paling takut
dengan malaikat yang ada di kiri. ini, tubuhnya tinggi besar, dengan
sorot mata yang tajam. Kukunya tajam dan panjang. Seakan siap menusuk
Karya setelah setiap jawaban yang diberikan. Malaikat yang di sebelah
kanan tidak banyak bertanya. Dia lebih sering mencatat dan mengingatkan
Malaikat sebelah kiri tentang daftar pertanyaan dan hal-hal yang telah
diperbuat Karya selama di dunia.
“Menurut catatan kami, Anda selama berkarir sering menjilat kepada
atasan dan menceritakan kebohongan kepada atasan Anda, sehingga karir
Anda melesat cepat dan cepat naik menjadi pemimpin”. Malaikat sebelah
kiri bertanya sambil memain-mainkan ujung cambuk miliknya.
“Menjilat?, Saya tidak pernah menjilat”, bantah Karya.
“Anda selalu mengatakan atasan Anda benar, meskipun orang lain
tahu bahwa apa yang diperbuat oleh atasan Anda adalah sesuatu yang
salah”.
“Anda suka mencari muka untuk kepentingan pribadi Anda”.
Karya berpikir cepat, “Tidak, Saya tidak menjilat. Saya hanya berniat
untuk menyenangkan hati pimpinan Saya. Bukankan menyenangkan hati orang
lain itu perbuatan terpuji?”
Karya teringat awal perjalanan karirnya. Memulai karir sebagai Supir
pribadi pak Kusno, sang pemimpin besar. Karya pandai bercerita, dia
selalu menceritakan tentang betapa bangganya dia bisa bekerja untuk pak
Kusno. Di lain hari dia menceritakan tentang kehebatan-kehebatan pak
Kusno. Dia menelan bulat-bulat segala keburukan dan kejelekan pak Kusno.
Jangan sampai pak Kusno tahu. Betapa tiap hari rakyatnya tidak makan,
pengangguran dimana-mana. Kejahatan merajalela. Pak Kusno hanya ingin
tahu tentang kehebatan-kehebatannya di masa lalu, betapa rakyat dulu
masih memujanya. Itu yang selalu diceritakan Karya. Kehebatan masa lalu
pak Kusno.
“Saya suka kamu. Jujur dan tahu apa yang Saya inginkan”.
“Jujur?, peduli setan, yang penting kamu bisa terus bekerja” ucap
hati nurani Karya malam itu. Besoknya sebuah pesan sampai ke rumah
Karya.
Mulai hari ini kamu akan bersekolah ke Amerika. Semua biaya Saya tanggung.
Ttd. Kusno Kusbiono
Tahun berlalu, Karya pulang dari Amerika tepat di saat Kusno di
puncak kejayaan kepemimpinannya dan rakyat dipuncak kemiskinan mereka.
Karya segera diangkat menjadi tangan kanan. Metode yang sama :
“ceritakan apa yang pemimpin ingin dengar”. Enam bulan kemudian Pak
Kusno meninggal dunia dengan wasiat, Karya adalah orang yang paling
tepat untuk menggantikannya.
“Seharusnya Saya mendapat pahala karena itu. Saya menyenangkan hati
pimpinan Saya. Saya membuat dia senang, karena dia senang, diapun
berbuat baik pada Saya”. Karya membela diri.
“Niat saya murni kok, menyenangkan orang lain, bukan menjilat”, Karya berkelit.
Kedua Malaikat saling berpandangan. “Sepertinya benar, dia berniat
menyenangkan orang lain”. Karya tersenyum, dia berhasil mengelabui
kembali sang Malaikat setelah berhasil di pertanyaan-pertanyaan
sebelumnya.
“Pertanyaan selanjutnya… Anda menurut catatan Kami, sering menerima suap dari orang lain?”. Kata malaikat yang di sebelah kanan.
“Menerima suap?”
Otak Karya berpikir lebih cepat.
Dia teringat ketika Dia masih menjadi pemimpin. Proyek pembangunan
jalan tol, pengadaan semen, impor beras, pembelian suku cadang pesawat,
dan lainnya. Setiap selesai sebuah tender, selalu saja tiba-tiba datang
kiriman mobil Mercedez, Ferrari terbaru ke rumah-nya. Rekening Anak,
Istri dan miliknya mendapat transfer uang dari orang lain mencapai
milyaran Rupiah. Hadiah-hadiah lain yang tak ternilai harganya.
Di dalam KARTU UCAPAN tertulis : “SEBAGAI RASA TERIMA KASIH UNTUK PROYEK YANG TELAH BAPAK BERIKAN”.
“Suap?, Saya tidak pernah menerima Suap”.
“Tapi Anda selalu menerima barang-barang kiriman itu kan?”.
”Ooo…itu, begini ya. Saya terangkan. Saya MEMBANTU teman-teman Saya
dengan memberikan PROYEK kepada mereka. Sebagai rasa terima kasih kepada
Saya, Dia memberikan kiriman-kiriman itu kepada Saya, Istri dan
Anak-anak”.
“Saya membantu orang lain, bukankah itu baik”. “Menolak pemberian
orang lain, itu kan perbuatan tidak terpuji”. “Saya hanya melakukan apa
yang benar”.
“Sepertinya dia benar” pikir Sang Malaikat.
Malaikat semakin bingung, bagaimana cara menjerat Karya yang
jelas-jelas selama hidupnya sering berbuat kesalahan, Pertanyaan kali
ini harus berhasil
“Pertanyaan berikutnya. Anda melakukan korupsi selama hidup Anda?”
“Korupsi? Bukankah semua orang pernah melakukannya? Korupsi uang atau paling kecil korupsi waktu.”
Karya teringat masa kecilnya. Di saat semua masih serba susah di era
kepemimpinan Kusno Kusbiono. Ayahnya menjadi penjambret kecil-kecilan di
bis antar kota hanya untuk memenuhi kebutuhan makanan keluarganya.
Kebutuhan makan Ayahnya, ibunya, Karya dan sembilan saudaranya yang
lain. Kakeknya terpaksa mencuri di ladang desa tetangga untuk bertahan
hidup. Kakek buyutnya, juga pencuri di jaman penjajahan Belanda. Bahkan
hingga beberapa generasi ke atasnya adalah pencuri-pencuri kecil di
zamannya.
. Selama ini semua keturunan dalam keluarga nenek moyang Karya adalah
pencuri kecil. Bahkan pamannya tewas di hajar massa ketika tertangkap
basah mencuri ayam tetangga. Sekarang dia menjadi pencuri besar. Apa
bedanya pencuri besar dan pencuri kecil ? Tak ada bedanya, sama-sama
pencuri.
“Oke, Aku emang pernah korupsi, tapi itu Aku lakukan demi anak-anak
dan istriku, persis seperti yang orang tua dan leluhurku lakukan dulu
untuk keluarga mereka”.
“Tapi… Ini untuk kebaikan anak-anakku. Supaya mata rantai itu putus”.
Dengan harta korupsiku itu, mereka bisa bersekolah yang baik, menjadi
orang yang shaleh, berpendidikan dan dihormati”. “ Tidak seperti aku”.
“Mereka tidak perlu tahu dari mana semua uang itu berasal”.
Anak Karya yang paling besar telah berhasil menjadi seorang Ekonom
sukses dan jujur, lulusan Berkeley. Anak yang kedua dokter spesialis
bedah ternama. Anak yang ketika CEO Multi National Company. Semua
anaknya sukses dalam pendidikan, dan terhormat.
“Aku berhasil membuat mereka menjadi orang sukses dengan uangku.
Mereka mendapat pendidikan terbaik”. “Hingga tujuh turunan anak-anakku
tidak perlu menjadi pencuri seperti kakek moyang mereka”.
“Bukankan itu sesuatu yang baik, aku rela berkorban. Asal anak-anakku
menjadi orang sukses dan Shaleh”. “Yang paling penting mata rantai itu
bisa diputus”.
“Lagipula kasus korupsi-ku belum terbukti sampai saat ini”.
“Doa anak shaleh akan menyelamatkan dan melindungiku selama di alam kubur”.
Malaikat hanya bisa berpandangan. Karya begitu licin, Semua yang
dilakukannya terlihat normal dan ada alasan kuat di belakangnya.
“Baiklah, tanya jawab berakhir sampai disini”. Kita tunggu pengadilan
yang lebih adil nanti di hari kiamat. Silakan menunggu di liang kubur
ini”.
Liang lahat akan terasa sempit bagi orang yang berbuat kejahatan dan
terasa lebar bagi orang yang berbuat kebajikan. Selain itu, do’a anak
yang shaleh akan sangat menolong orang tua mereka di alam kubur.
Karya tersenyum. Liang lahat yang ditempatinya terasa sangat lebar. Do’a anak yang shaleh ternyata dikabulkan.
Setiap hari anak-anak dan cucunya serta saudara-saudaranya mendo’akan
agar Karya dimudahkan di alam kubur. Mereka bersyukur memiliki Karya
yang banyak memberikan kemudahan dan warisan kepada ahli warisnya.
Semua terasa begitu indah bagi Karya. Tidak seperti yang dia
takutkan. Ternyata alam kubur tidak seperti yang selama ini
dibayangkannya. Dia masih bisa tidur dan bergerak bebas di liang
lahatnya. Liang lahatnya begitu lebar. Lebih lebar daripada kamar
tidurnya di dunia ketika Ia masih hidup.
Do’a anak yang Shaleh memang ampuh.
Hingga suatu hari, tiba-tiba kuburannya menjadi sangat sempit. Bahkan untuk menekuk lututnya saja ia tidak bisa.
“Ada apa ini?” pasti telah terjadi kesalahan. Karya hendak protes kepada Malaikat penjaga.
“Malaikat mengapa liang lahat Saya menjadi sempit?, Saya tidak bisa bergerak, kembalikan liang lahatku yang dulu?”.
Kedua Malaikat tersenyum, “Maaf Karya, Saya kemarin mendapat info
dari bumi. Kasus korupsi kamu sudah dibuka oleh pemimpin yang baru, dan
kamu terbukti bersalah”. Kata malaikat sebelah Kanan.
“Terus, apa hubungannya kasus korupsi Saya dengan liang yang makin
kecil, kembalikan hak Saya!!!!” Teriak Karya sambil menahan sakit.
“Kamu terbukti melakukan korupsi dan merugikan Negara 23 Trilyun
Rupiah. Seperti halnya kekayaan yang bisa diwariskan dan diterima
sebelumnya oleh ahli waris kamu. Negara kamu memutuskan bahwa hutangmu
juga menjadi tanggungan buat ahli waris kamu”. Kata malaikat sebelah
kiri.
“Dan berdasarkan perhitungan kami. Sampai tujuh turunan ke masa depan
nanti, anak cucu kamu tidak akan bisa membayar hutang ini”.
“Kamu tahu apa yang terjadi? Harta anak-anak dan Cucu kamu telah
disita Negara”. “Kini mereka tak hentinya mengutuki Kamu di Alam Kubur”.
Bukankah do’a anak yang Shaleh selalu didengar.
Senin, 26 Desember 2011
Minggu, 20 November 2011
teori utilitarian
yonny-koen.blogspot.comUtilitarianisme-Penjelasan Singkat
Filed under: Filsafat & Teologi
Joseph Fletcher: “We have to ask now, ‘If the end does not justify the means, what does?’ The answer is, obviously, ‘Nothing!’
Filed under: Filsafat & Teologi
- Utilitarianisme adalah sebuah teori yang diusulkan oleh David Hume untuk menjawab moralitas yang saat itu mulai diterpa badai keraguan yang besar, tetapi pada saat yang sama masih tetap sangat terpaku pada aturan2 ketat moralitas yang tidak mencerminkan perubahan2 radikal di zamannya.
- Utilitarianisme secara utuh dirumuskan oleh Jeremy Bentham dan dikembangkan secara lebih luas oleh James Mill dan John Stuart Mill. Utilitarianisme terkadang disebut dengan Teori Kebahagiaan Terbesar yang mengajarkan tiap manusia untuk meraih kebahagiaan (kenikmatan) terbesar untuk orang terbanyak. Karena, kenikmatan adalah satu-satunya kebaikan intrinsik, dan penderitaan adalah satu-satunya kejahatan intrinsik. Bagi Bentham, moralitas bukanlah persoalan menyenangkan Tuhan atau masalah kesetiaan pada aturan-aturan abstrak, melainkan tidak lain adalah upaya untuk mewujudkan sebanyak mungkin kebahagiaan di dunia ini. Oleh karena itu, Bentham memperkenalkan prinsip moral tertinggi yang disebutnya dengan ‘Asas Kegunaan atau Manfaat’ (the principle of utility).
- Maksud Asas Manfaat atau Kegunaan, kata Bentham, ialah asas yang menyuruh setiap orang untuk melakukan apa yang menghasilkan kebahagiaan atau kenikmatan terbesar yang diinginkan oleh semua orang untuk sebanyak mungkin orang atau untuk masyarakat seluruhnya. Oleh karena itu, menurut pandangan utilitarian, tujuan akhir manusia, mestilah juga merupakan ukuran moralitas. Dari sini, muncul ungkapan ‘tujuan menghalalkan cara’.
- Bentham memperkenalkan metode untuk memilih tindakan yang disebut dengan utility calculus, hedonistic calculus, atau felicity calculus. Menurutnya, pilihan moral harus dijatuhkan pada tindakan yang lebih banyak jumlahnya dalam memberikan kenikmatan daripada penderitaan yang dihasilkan oleh tindakan tersebut. Jumlah kenikmatan ditentukan oleh intensitas, durasi, kedekatan dalam ruang, produktivitas (kemanfaatan atau kesuburan), dan kemurnian (tidak diikuti oleh perasaan yang tidak enak seperti sakit atau kebosanan dan sejenisnya).
- Para utilitarian menyusun argumennya dalam tiga langkah berikut berkaitan dengan pembenaran euthanasia (mercy killing):
(1). Perbuatan yang benar secara moral ialah yang paling banyak memberikan jumlah kenikmatan dan kebahagiaan pada manusia.
(2). Setidaknya dalam beberapa kesempatan, perbuatan yang paling banyak memberikan jumlah kenikmatan dan kebahagiaan pada manusia bisa dicapai melalui euthanasia.
(3). Oleh karena itu, setidaknya dalam beberapa kesempatan, euthanasia dapat dibenarkan secara moral.
Sekalipun mungkin argumen di atas tampak bertentangan dengan agama, Bentham mengesankan bahwa agama akan mendukung, bukan menolak, sudut-pandang utilitarian bilamana para pemeluknya benar-benar memegang pandangan mereka tentang Tuhan yang penuh kasih sayang.
Pada sisi lain, para utilitarian menolak eksperimen2 saintifik tertentu yang melibatkan binatang, lantaran kebahagiaan atau kenikmatan harus dipelihara terkait dengan semua makhluk yang bisa merasakannya—terlepas apakah ia mukhluk berakal atau tidak. Lagi2, buat mereka, melakukan hal yang menambah penderitaan adalah tindakan imoral.
- Singkatnya, Utilitarianisme Klasik yang diusung oleh Jeremy Bentham, James Mill dan, anaknya, John Stuart Mill, dapat diringkas dalam tiga proposisi berikut: Pertama, semua tindakan mesti dinilai benar/baik atau salah/jelek semata-mata berdasarkan konsekuensi2 atau akibat2nya. Kedua, dalam menilai konsekuensi2 atau akibat2 itu, satu-satunya hal yang penting adalah jumlah kebahagiaan atau penderitaan yang dihasilkannya. Jadi, tindakan2 yang benar adalah yang menghasilkan surplus kebahagiaan terbesar ketimbang penderitaan. Ketiga, dalam mengkalkulasi kebahagiaan atau penderitaan yang dihasilkan, tidak boleh kebahagiaan seseorang dianggap lebih penting daripada kebahagiaan orang lain. Kesejahteraan tiap orang sama penting dalam penilaian dan kalkulasi untuk memilih tindakan.
- Gagasan Utilitarianisme yang menyatakan bahwa ‘kebahagiaan itu adalah hal yang diinginkan dan satu-satunya tujuan yang diinginkan, semua hal lain diinginkan demi mencapai tujuan itu’ jelas mirip dengan gagasan Hedonisme. Dan Hedonisme, seperti kita tahu, adalah keyakinan klasik bahwa kenikmatan, kebahagiaan atau kesenangan adalah kebaikan tertinggi dalam kehidupan. Istilah Hedonisme sendiri beasal dari kata Yunani yang bermakna kesenangan. Hanya saja, Epicurus, tokoh utama Hedonisme percaya bahwa manusia seharusnya mencari berbagai kesenangan, kebahagiaan dan kenikmatan pikiran ketimbang tubuh. Katanya, orang bijak harus menghindari kesenangan2 yang akhirnya akan berujung pada penderitaan.
- Para penggugat Utilitarianisme mengajukan sejumlah keberatan. Antara lain, Asas Kegunaan itu sering bertentangan dengan aturan2 moral yang sudah mapan, seperti Jangan Berbohong, Jangan Mencuri, Jangan Membunuh.
- Kedua, Utilitarianisme cenderung mengunggulkan Asas Kegunaan (the Principle of Utility) atas Asas Keadilan atau Hak-hak seseorang. Misalnya, bila ada dua pihak yag bertikai di depan hukum. Salah satunya lebih kuat dan berkuasa daripada yang lain, sehingga kekalahan pihak yang lebih berkuasa akan mengakibatkan kesengsaraan atau penderitaan yang lebih besar pada pihak lawan dan orang2 di sekitarnya; kaum Utilitarian akan memenangkan pihak yang lebih kuat demi mencapai sesedikit mungkin penderitaan, sekalipun untuk itu asas keadilan atau hak seseorang harus dikorbankan.
- Gugatan lain: karena Utilitarianisme secara eksklusif mengambil pertimbangan tentang konsekuensi yang akan terjadi, maka pandangannya selalu melupkan masa lalu. Misalnya, bila seseorang berjanji kepada adiknya untuk melakukan sesuatu, lalu mendadak dia harus mengerjakan sesuatu lain yang juga sama2 penting dengan janji tersebut, tetapi pekerjaan itu lebih menyenangkan baginya, maka kaum utilitarian akan memilih untuk melanggar janji itu. Dengan demikian, kaum utilitarian mengabaikan apa yang disebut dengan kawajiban2 moral.
- Untuk menjawab gugatan2 itu, kaum Utilitarian membedakan Utilitarianisme-Tindakan (Act-Utilitarianism) dengan Utilitarianisme-Kaidah (Rule-Utilitarianism). Utilitarianisme-Kaidah berpijak pada pandangan bahwa ‘Semua aturan perilaku umum yang cenderung memajukan kebahagiaan terbesar bagi orang terbanyak’ harus dikukuhkan. Jadi, dalam kasus aturan Jangan Berbohong, Utilitarianisme-Kaidah menyatakan bahwa tindakan yang berdasarkan aturan moral ini lebih sering menghasilkan konsekuensi kebahagiaan ketimbang Berbohonglah. Dengan demikian, aturan Jangan Berbohong sesuai dengan Utilitarianisme-Kaidah.
- Namun, para penggugat kembali menyatakan bahwa gagasan Utilitarianisme-Kaidah terbalik dalam menilai banyak hal. Misalnya, persahabatan adalah sesuatu yang baik dan benar, sekalipun seringkali ia tidak menyenangkan atau membuat kita menderita. Kita memiliki sahabat dan menghargai persahabatan karena memang itulah tindakan yang baik dan benar, sekalipun kita tidak tahu konsekuensi atau akibat dari persahabatan kita. Jadi, terbalik dengan gagasan Utilitarianisme yang mengajarkan kita untuk mencari kebahagiaan, dalam situasi ini kita pertama-tama melihat bahwa persahabatan itu baik dan kita bahagia karena mengerjakan hal yang baik, dan bukan kita mencari sahabat karena dengan persahabatan itu kita dapat mencapai kebahagiaan.
- Selain itu, pertanyaan yang paling sulit dijawab oleh kaum Utilitarian adalah: Apakah hakikat kebahagiaan? Apakah kebahagiaan itu hasil dari suatu tindakan, atau dirasakan saat tindakan berlangsung? Apakah kebahagiaan yang dituju di sini bersifat permanen ataukah sementara, seringkali kebahagiaan yang bersifat sementara berlawanan dengan kebahagiaan yang bersifat permanen? Bukankah moralitas Utilitarian itu berpijak pada sesuatu yang akan terjadi atau sesuatu yang belum tentu terjadi untuk memutuskan tindakan yang seharusnya segera terjadi?
- Gugatan lain yang ditujukan atas Utilitarianisme: bukankah utility itu merupakan sesuatu yang relatif? Dan bila relatif, dan memang demikian adanya, mungkinkah hal yang relatif menjadi ukuran baik-buruk moral bagi suatu tindakan?
Langganan:
Postingan (Atom)